Jaburan Tradisi Baru Ramadan di Desa Kwatangan

Jaburan tradisi baru Ramadan di Desa Kwatangan. Desa berpenduduk padat yang masuk wilayah Kelurahan Gilangharjo, Kapanewon (Kecamatan) Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bagi sebagian orang jaburan terkesan asing. Terlebih bagi yang tinggal di luar Jawa. Ya, jaburan memang hanya ada di Jawa. Itu pun tidak semua wilayah Jawa menggunakan istilah ini. Wajar jika banyak orang yang tidak mengetahuinya. Bahkan KBBI pun belum memasukkan istilah ini dalam kamusnya.

Definisi Jaburan

jaburan yang sudah dibungkus jadi satu (fuatuttaqwiyah.doc)

 

Jaburan hanya ada di kamus Jawa. Iseng tadi pagi aku mencari kata tersebut. Walau sebagai penduduk asli Jawa yang lahirdan besar di Jawa kata ini sudah sangat akrab di telinga. Kosakata ini hanya muncul di bulan Ramadan.

Arti jaburan adalah makanan yang diberikan kepada jemaah salat Tarawih. Memang jaburan hanya diberikan kepada jemaah salat Tarawih yang mengikuti salat mulai awal hingga akhir. Kalau hanya mengikuti setengah bagian dan pulang, otomatis enggak dapat.

Jaburan Zaman Dulu

Zaman kecil dulu aku termasuk suka makan jaburan. Bahkan nenek suka memasak jaburan. Ada gorengan kerupuk ataupun kue. Untuk yang terakhir ini kalau memang di rumah ada kue pemberian orang. Maklum nenekku penganut makanan tradisional. Kue masih tergolong mahal dan tidak masuk dalam kantong kami, kala itu.

Nenek memasak jaburan untuk santri yang ikut tadarusan. Jika punya uang lebih, nenek membeli gorengan di tetangga desa yang jual gorengan matang. Bila tidak punya uang, jaburan  makanan yang ada di rumah.

Tradisi jaburan kembali dihidupkan di desaku Kwatangan. Kebiasaan di tempatku sebelum pandemi adalah takjilan sebulan penuh di Langgar Al-Fatah. Tempat salat dan mengaji yang didirikan oleh simbahku puluhan tahun silam. Bangunan itu tidak berubah dari awal berdiri hingga kini. Bisa kali masuk sebagai cagar budaya. Ngarepbanget.com.

Pandemi membuat banyak kegiatan berkumpul masih dilarang. Untuk buka bersama desaku termasuk ramai. Kisaran 75-80 orang. Begitu juga untuk Tarawih. Namun, ada kalanya pasang dan surut. Hari ini puluhan besok full banget,. Bergitulah Tarawih di desa yang kecil.

Informasi Jaburan

Adikku Aqila Maulia memberikan info jaburan di wa keluarga. Hasil keputusan perangkat desa dan sesepuh desa untuk mengganti kegiatan takjilan. Para tetua merasa setahun lalu tidak merasakan syiar Ramadan karena dilarang buka bersama. Tahun ini tentu berharap untuk bisa buka bersama. Sayang pemerintah masih melarang sehingga para tetua memilih kegiatan jaburan

Tujuan Jaburan

Jaburan bukan sekadar berbagi makanan saja. Ya, selain menyemangati jemaah salat Tarawih., apalagi anak-anak pasti suka dengan makanan. Tarawih yang 20 rakaat pun terlewat tanpa terasa. Anak kecil mungkin mikirnya sederhana mau Tarawih biar dapat snack. Kalau orang dewasa saya yakin tujuannya sudah beda. Tentunya rida Allah. Kalau punya tujuan lain, Wallahu a’lam.

Tidak ada patokan menu jaburan di desaku. Mau makanan yang mahal atau murah tidak masalah. (hana masalah kalau kata orang Aceh). Namun, untuk kali ini panitia meminta 4 macam kue dan satu gelas minuman kemasan. Boleh air putih atau air berwarna lainnya. Monosuka kata orang Jawa, artinya tergantung kesukaan dan kerelaan yang punya hajat atau giliran.

Petugas Jaburan

Kalau pembagian jaburan jelas tidak diragukan lagi pemuda pemudi Kwatangan. Mereka sudah teruji dari zaman dulu kala ketika saya masih menjabat sebagai pengurus organisasi muda mudi.

Para pemuda ini langsung sigap membantu. Mulai dari mengeluarkan makanan hingga membereskan tempat acara berlangsung. Ini tradisi yang sudah dipelihara sejak zaman dulu dari generasi pertama pemuda dan pemudi Kwatangan. Persisnya lupa tahun berapa soalnya aku baru  gabung setelah lulus pesantren.

Jadwal Jaburan

Jadwal jaburan sudah dibuat panitia. Cerita Aqila Maulia sebagai sekretaris begitu dibuka tanggal langsung pada daftar. Animo masyarakat Kwatangan patut diacungi jempol. Gercep banget kalah deh daerah lain. Padahal mengeluarkan uang yang tidak sedikit lho. Niat mereka tulus rida Allah. Salut deh pokoknya.

Hikmah Jaburan

Hikmah jaburan yang jelas menjalin silaturahni antarwarga. Hubungan semakin erat. Selain itu warga belajar menghargai pemberian orang lain. Apa pun kue dari orang lain harus diterima. Bagian darai rezeki dari Allah. Warga juga belajar tidak pelit dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga tidak merasa kaya dan semena-mena menghina orang lain.

Tidak ada kaya dan miskin dalam jaburan. Semua sama. Semua bisa ikut berpartisipasi. Tidak harus menunggu kaya. Bahkan ada yang ekonominya pas-pasan malah semangat berjuangnya lebih tingi daripada orang yang kaya.

Demikiankah cerita jaburan dari desaku Kwatangan meski sekarang aku sedang merantau di Surabaya. Cerita kampung selalu membuatku rindu.

Surabaya 5 mei 2021/23 Ramadan 1442 H.

foto koleksi pribadi Fuatuttaqwiyah.

2 pemikiran pada “Jaburan Tradisi Baru Ramadan di Desa Kwatangan”

Tinggalkan komentar